Kerajaan Sriwijaya lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka. Namun,
kisah pendirian kerajaan ini merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan oleh peneliti. Sebab dalam
sumber-sumber yang ditemukan tidak ada struktur genealogis yang tersusun rapi antar raja Sriwijaya.Letak
pasti kerajaan ini masih banyak diperdebatkan. Namun, pendapat yang cukup populer adalah yang dikemukakan
oleh G. Coedes pada tahun 1918 bahwa pusat Sriwijaya ada di Palembang. Sampai dengan saat ini, Palembang
masih dianggap sebagai pusat Sriwijaya. Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Sriwijaya yang bercorak maritim
memiliki kebiasaan untuk berpindah-pindah pusat kekuasaan. Sebab para ahli ada yang menyimpulkan bahwa
Sriwijaya berpusat di Kedah, kemudian Muara Takus, hingga menyebut kota Jambi.
Raja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad ke-8 dan
9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi Sri
Marawijaya. Hal ini disebabkan raja-raja setelah Sri Marawijaya sudah disibukkan dengan peperangan melawan
Jawa pada 922 M dan 1016 M. Dilanjutkan dengan melawan Kerajaan Cola (India) pada tahun 1017 hingga 1025
Raja Sri Sanggramawijaya berhasil ditawan. Pada masa kekuasaan Balaputradewa sampai dengan Sri Marawijaya,
Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka yang merupakan jalur utama perdagangan antara India dan
Cina.Selain itu, seperti yang dilansir dari buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya Deni Prasetyo,
mereka berhasil memperluas kekuasaannya hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia,
Singapura, Thailand Selatan. Untuk menjaga keamanan itu, Sriwijaya membangun armada laut yang kuat. Sehingga
kapal-kapal asing yang ingin berdagang di Sriwijaya merasa aman dari gangguan perompak. Hingga lambat laun,
Sriwijaya berkembang menjadi negara maritim yang kuat.
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-11. Berawal dari serangan
besar-besaran yang dilakukan oleh Raja Rajendra Coladewa dari kerajaan Cola yang berhasil menawan salah satu
raja Sriwijaya tersebut. Dikutip dari buku Sejarah karya Nana Supriatna, kemudian pada abad ke-13, salah
satu kerajaan taklukan Sriwijaya, Kerajaan Malayu, berhasil dikuasai Singasari, kerajaan dari Jawa yang
dipimpin oleh Kertanegara.
Melalui Ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Malayu. Sementara
itu, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah negara taklukannya
menjalin hubungan dengan negara saingan di Jawa. Hingga kelemahan ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya
dari Thailand di bawah Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga
Selat Malaka bisa dikontrol. Akhir abad ke-14, Sriwijaya benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan
Majapahit dari Jawa. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya. Berulang
kali diserang Colamandala dari India, Terdesak Kerajaan Thailand dan Singasari, Banyak raja-raja taklukan
yang melepaskan diri, Mengalami kemunduran ekonomi dan perdagangan karena bandar-bandar pentingnya
melepaskan diri.
Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa struktur genealogis raja-raja Sriwijaya banyak terputus dan
hanya didukung bukti-bukti yang dianggap kurang kuat. Berikut ini adalah nama-nama raja Kerajaan Sriwijaya
yang sedikit banyak disepakati oleh para ahli setelah masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Dapunta
Hyang Sri Jayanasa (683 M),
Indrawarman (702 M), Rudra Wikrama (728-742 M), Sanggramadhananjaya (775 M), Dharanindra/Rakai Panangkaran
(778 M), Samaragrawira/Rakai Warak (782 M), Dharmasetu (790 M), Samaratungga/Rakai Garung (792 M),
Balaputradewa (856 M), Sri Udayadityawarman (960 M), Sri Wuja atau Sri Udayaditya (961 M), Hse-she (980 M),
Sri Cudamani Warmadewa (988 M), Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M), Sri Marawijayottunggawarman (1008 M),
Sumatrabhumi (1017 M), Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M), Sri Dewa (1028 M), Dharmawira (1064 M),
Sri Maharaja (1156 M), Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M).
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama ini yaitu Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti tersebut ditemukan di
tepi sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang. Pada prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya itu terdapat
angka tahun yakni 686 masehi yang ditulis menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang lainnya adalah sebagai berikut:
Prasasti Kedukan Bukit,
Prasasti Talang Tuo,
Prasasti Telaga Batu,
Prasasti Kota Kapur,
Prasasti Karang Berahi,
Candi Biaro Bahal IIII,
Candi Muara Takus.